“Judi online dilarang!”
Begitu bunyi spanduk besar di pinggir jalan, disandingkan dengan baliho calon legislatif yang tersenyum lebar dengan background 4 mobil mewah.
Tapi di sisi lain kota, di pinggiran gang sempit, seorang remaja 19 tahun bernama R bisa kamu temui di rumah kontrakan kecil.
Ia tidak sedang bermain. Tidak juga berjudi.
Ia sedang memulihkan diri.
Dari operasi jual ginjal.
Alasannya?
Karena terjebak dalam janji-janji bonus dari platform asing, lalu tertipu, lalu terjerat utang.
Dan saat tak ada lagi jalan, organ tubuhnya jadi collateral terakhir.
Negara bilang dia melanggar hukum.
Tapi negara lupa: hukum tak memberi dia pilihan sejak awal.
Link Fomototo vs Link Realita
Saat warga sipil membuka link Fomototo, yang mereka cari bukan kekayaan,
tapi pelarian.
Dari pengangguran. Dari tekanan hidup. Dari upah minimum yang bahkan tak cukup bayar kos bulanan.
Tapi di Indonesia, link hiburan digital dianggap lebih berbahaya daripada link korupsi berjamaah.
Di mata hukum, yang main slot online itu kriminal.
Tapi yang sunat anggaran bansos?
Cuma perlu klarifikasi.
Moralitas Negara: Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas
Coba kita jujur sebentar:
-
Orang miskin pasang seribu perak di slot → "dosa besar"
-
Pejabat punya aset miliaran gak bisa dibuktikan → "itu rezeki anak soleh"
Ketika rakyat biasa tergoda bonus fomototo login, mereka dikecam.
Tapi ketika influencer pamer kekayaan dari “hasil hoki”, justru jadi panutan nasional.
Ironi macam apa ini?
Daftar Fomototo = Dosa, Tapi Daftar Trading Bodong = Masih Dipromosikan?
Fakta lapangan:
Lebih banyak orang kehilangan uang karena skema ponzi berlabel “investasi legal”
ketimbang karena main game ringan macam yang ada di situs Fomototo.
Tapi yang diburu justru rakyat kecil yang main buat isi waktu luang,
bukan yang bikin robot AI trading bodong lewat Instagram Ads.
Lucu ya?
Tidak. Ini tragis.
Penutup: Negeri Ini Tidak Melarang Judi, Hanya Melarang Rakyat Biasa Menang
Mungkin kelak, akan ada hari di mana bermain slot dianggap sebagai bagian dari terapi stres.
Mungkin nanti, negara akan sadar:
bukan gamenya yang merusak, tapi sistemnya yang tak memberi ruang hidup layak.
Tapi untuk sekarang, satu hal yang pasti:
Jika kamu miskin dan kalah — kamu salah.
Jika kamu kaya dan tetap main — kamu "investor digital".
Selamat datang di negeri penuh moralitas semu,
di mana daftar Fomototo bisa bikin kamu ditangkap,
tapi daftar parpol bisa bikin kamu kebal hukum.
Blog ini adalah karya fiksi satire. Jika Anda merasa tersinggung, mungkin Anda terlalu dekat dengan kenyataan yang disindir.